Jumat, 29 Mei 2020

Ini yang Akan Terjadi Jika Anak-anak Terinfeksi Virus Corona

Merebaknya virus corona COVID-19 di Indonesia membuat masyarakat menjadi khawatir. Terlebih bagi mereka yang mempunyai anak-anak, karena takut buah hatinya terinfeksi penyakit ini.
Dikutip dari CNN, selama pandemi virus corona berlangsung, jumlah kasus anak-anak tidak sebanyak orang dewasa. Bahkan jika ada anak yang terinfeksi, mereka tidak mengalami gejala yang parah.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC), dari hampir 45.000 kasus yang dikonfirmasi hingga 11 Februari, hanya ada satu orang berusia di bawah 20 tahun yang meninggal dunia. Tak hanya itu, mereka juga mengatakan tidak ada korban jiwa pada anak di bawah usia 10 tahun.

Menanggapi hal ini, ahli epidemiologi di University of California di Berkeley, Arthur Reingold mengatakan data-data tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang terinfeksi virus corona tidak akan mengalami gejala yang parah.

"Bukti sejauh ini menunjukkan bahwa setidaknya anak-anak yang terinfeksi virus corona di China hanya mengalami gejala ringan atau bahkan tidak memiliki gejala sama sekali," kata Arthur.

Arthur juga menjelaskan adanya kemiripan yang terjadi pada kasus infeksi virus corona pada anak di Amerika Serikat. Misalnya seorang siswa sekolah menengah di Washington, seorang remaja di Georgia, anak sekolah dasar di California, dan anak usia tiga tahun di Texas yang semuanya dinyatakan positif virus corona.

"Anak-anak itu tidak mengalami sakit yang parah setelah terinfeksi. Jadi jika ada gejala yang terjadi pada mereka, kemungkinan besar hanya gejala ringan dan tidak menjadi parah bahkan berujung kematian," tuturnya.

Banyak yang Penasaran, 'Tes Corona' Sebenarnya Gratis atau Harus Bayar Sih?

 Pemerintah telah mengumumkan virus corona COVID-19 sebagai Bencana Nasional. Setidaknya ada 134 orang di Indonesia yang terinfeksi posiitif virus corona yang tengah dirawat di beberapa rumah sakit.
Beberapa pihak 'mendesak' pemerintah untuk segera melaksanakan tes massal virus corona menyusul adanya permintaan dari Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanahom, untuk menambah kapasitas laboratorium dalam memeriksa sampel pasien.

Sejak pekan lalu, masyarakat telah berbondong-bondong mendatangi beberapa rumah sakit rujukan virus corona untuk mendapatkan tes. Seperti di RSPI Sulianti Saroso di Jakarta atau RS Hasan Sadikin di Bandung.

Di RSPI Sulianti Saroso sendiri, tidak semua yang datang mengikuti tes corona. Ada beberapa kriteria yang telah ditetapkan rumah sakit, misalnya telah kontak langsung dengan pasien positif dalam 14 hari belakangan dan mengalami gejala.

Namun mereka yang ODP dan bergejala juga nggak langsung di-swab. Beberapa diarahkan untuk Medical Check Up seperti tes darah dan rontgen.

"Sampai di RS, nggak langsung swab. Harus ditentukan karena kemungkinan bukan hanya swab tapi juga sampel darah dan rontgen. Jadi bukan swab satu-satunya cara mengidentifikasi," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, dr Achmad Yurianto, Senin (16/3/2020).

Di RSPI Sulianti Saroso, OPD yang ingin menjalani tes MCU dibebankan biaya sekitar Rp 300 ribu. Paket pemeriksaan sudah termasuk pemeriksaan fisik, rontgen dada dan darah lengkap, di luar biaya obat. Lalu, siapa saja sih yang digratiskan saat menjalani 'tes corona'?

"Kalau udah positif. Kalau ODP pemeriksaannya masih bayar, kan negatif," kata salah satu staf bidang administrasi di RSPI Sulianti Saroso.

Positif atau tidaknya pasien hanya bisa diketahui saat menjalani tes swab. Tes swab adalah proses pengambilan sampel lendir dari bagian belakang hidung untuk mengambil spesimen virus.

Setelah itu akan dilakukan pengujian di laboratorium baik dengan menggunakan metode PCR atau genome sequencing untuk mengetahui ada tidaknya virus di dalam sampel tes swab.
https://kamumovie28.com/cast/kazuki-kitamura/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar