Pengguna smartphone kini terbiasa menggunakan asisten virtual di smartphone untuk navigasi GPS, menanyakan cuaca, mengatur alarm, dan hal lain untuk membantu memudahkan.
Sadarkah kalian kalau asisten virtual lebih sering menggunakan suara perempuan? Kalian akan menemukan suara perempuan pada Siri, Alexa, Google Assistant, atau Cortana.
Tak cuma di smartphone, komputer hingga perangkat seperti mesin ATM lebih sering menggunakan suara perempuan dalam fitur voice assistant atau asisten suara mereka. Kira-kira apa ya alasan di baliknya?
Beberapa ilmuwan berpendapat, mendengarkan suara perempuan yang disukai semua orang jauh akan lebih mudah ketimbang memodulasi suara laki-laki. Ini terkait dengan suara ibu, sehingga kebanyakan orang cenderung meresponsnya secara positif.
Secara psikologis, seseorang cenderung lebih mendengar suara perempuan. Dikutip dari PC Mag, sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2014 menyebutkan bahwa pada tahap prenatal, janin merespons suara kedua orang tua, dan bayi yang baru lahir sudah lebih memilih suara ibu daripada suara ayah.
Namun, ada juga asisten virtual yang menawarkan opsi suara laki-laki, di antaranya, Siri dan Google Assistant. Pilihan ini tak dimiliki oleh Alexa dan Cortana yang hanya punya suara perempuan.
Berbeda lagi dengan asisten suara Watson dari IBM. Lantaran dianggap maskulin dan memiliki kesan pemimpin, Watson pun menggunakan suara laki-laki.
Juru bicara Microsoft menjelaskan, asisten suara Cortana yang mereka kembangkan secara teknis dapat dikatakan tak memiliki gender. Akan tetapi, mereka melakukan penelitian gender ketika memilih suara dan mencari yang lebih baik.
Microsoft ingin menghadirkan asisten yang dapat membantu, mendukung, sekaligus dapat dipercaya. Maka, suara perempuan pun dipilih karena dipercaya lebih unggul untuk tiga faktor tersebut.
Dalam hal ini, psikolog James W. Pennebaker menjelaskan, perempuan biasanya menggunakan lebih banyak kata ganti dan kata tentatif daripada laki-laki.
Pengucapan kata ganti, khususnya 'saya', banyak dilakukan perempuan. Asisten suara yang ada saat ini pun cenderung lebih sering menggunakan kata 'saya'.
Para engineer telah memodulasi sejumlah besar suara laki-laki, perempuan, dan bahkan gender-netral untuk semua jenis perangkat dan layanan online, tetapi sepertinya, belum ada yang bisa menandingi pengalaman berbicara dengan orang sungguhan.
Tapi setidaknya, dengan masa pandemi dan lockdown seperti sekarang, pengalaman menggunakan asisten virtual mulai dianggap nyata karena banyak orang mencari teman ngobrol.
Kalau kalian lebih suka suara perempuan atau laki-laki?
Apple Caplok Startup AI Demi Tingkatkan Siri
Apple kembali melakukan aksi akuisisi startup. Kali ini tujuannya untuk meningkatkan kemampuan asisten digitalnya, Siri.
Kepada Bloomberg, perusahaan yang dikomandoi Tim Cook itu mengaku telah mencaplok Inductiv. Perusahaan rintisan yang berlokasi di Waterloo, Ontario, Kanada ini menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengoreksi data yang akan meningkatkan machine learning.
Seperti biasa kendati mengumumkan akusisi, Apple tidak mengungkap tujuan dan rencana. Namun laporan menyebut setelah akuisisi ini, tim teknik dari Inductiv akan bergabung dengan Apple dalam beberapa minggu ini. Mereka akan mengerjakan beberapa proyek berbeda, salah satunya Siri.
Sepertinya Apple tengah fokus meningkatkan asisten digitalnya itu. Belum lama raksasa teknologi yang bermarkas di Cupertino itu mencaplok Voysis untuk meningkatkan pemahaman bahasa alami.
Awla tahun ini Apple meminang Xnor.ai yang dapat mendeteksi orang di perangkat yang digunakan . Lalu mengakusisi startup AI bernama Silk Labs pada 2018 dan Turi 2016.
Selain akusisi startup, Apple turut mempekerjakan mantan pemimpin AI Google bernama John Ginnandea. Bisa jadi perusahaan besutan Steve Jobs itu tidak mau Siri tertinggal dengan dua rival beratnya Google Assistant dan Alexa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar