Indonesia mulai mendatangkan alat rapid test untuk menghadapi wabah virus corona COVID-19. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para menteri dan Gugus Tugas COVID-19 segera melakukan rapid test ini untuk mendeteksi virus corona dengan cakupan lebih besar.
"Kedua, segera lakukan rapid test, tes cepat dengan cakupan lebih besar agar deteksi dini kemungkinan indikasi awal seseorang terpapar COVID-19 bisa dilakukan," kata Jokowi dalam ratas yang disiarkan langsung lewat akun YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (19/3/2020).
Untuk mengecek status infeksi corona, biasanya metode yang digunakan selama ini adalah real time polymerase chain reaction (RT-PCR). Lewat cara tersebut peneliti di laboratorium akan melihat jejak genetik virus di dalam sampel swab saluran napas.
Sementara itu alat rapid test bekerja menggunakan sampel darah. Apa saja kelebihan dan kelemahan rapid test ini? Berikut rangkumannya:
1. Kelebihan
Virus corona tidak hidup di darah, tetapi seseorang yang terinfeksi akan membentuk antibodi yang disebut immunoglobulin, yang bisa dideteksi di darah. Immunoglobulin inilah yang kemudian dideteksi dengan rapid test.
Sederhananya rapid test bisa mendeteksi apakah seseorang pernah terpapar atau tidak.
Rapid test punya kelebihan lebih mungkin dilakukan secara massal karena tidak membutuhkan pemeriksaan di laboratorium biosecurity level II. Hampir semua laboratorium kesehatan di Indonesia bisa melakukannya.
Hasil dari rapid test juga bisa didapatkan dengan cepat, hanya sekitar 20 menit.
"Untuk skrining di bandara misalnya, rapid diagnostik cukup menjanjikan karena hanya 20 menit," kata Ahmad Rusdan Handoyo Utomo PhD, Principal Investigator dari Stem-cell and Cancer Research Institute.
2. Kelemahan
Pemeriksaan dengan rapid test memiliki kelemahannya sendiri. Ini karena tes bisa memberikan hasil 'false negative' yakni tampak negatif meski sebenarnya positif. Ini terjadi bila tes dilakukan pada fase yang tidak tepat.
Ahmad menjelaskan Sistem imun menurut membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua minggu untuk mulai memproduksi antibodi. Artinya bila seseorang yang terinfeksi corona dites sebelum antibodi terbentuk, maka hasil yang akan keluar adalah negatif.
Dalam jurnal berjudul 'Antibody responses to SARS-CoV-2 in patients of novel coronavirus disease 2019', Ahmad mengatakan sensitivitas rapid test serologi sekitar 36 persen dari 100 kasus COVID-19.
"Sensitivitas tes serologi itu sekitar 36 persen, kalau tidak salah. Jadi dari 100 kasus yang terkonfirmasi COVID-19 dia bisa mendeteksi sekitar 30. Jadi itu harus hati-hati," kata Ahmad.
Pria Ini Bikin 'Ruang Isolasi' di Mobil saat Jemput Anak Pulang dari Italia
Viral di Twitter foto sebuah mobil yang dimodifikasi sedemikian rupa untuk cegah penularan corona. Ide unik ini datang dari seorang ayah yang ingin menjemput anaknya di bandara.
Mengutip Asia One, berdasarkan laporan dari media Thailand, anak dari ayah ini diketahui baru saja pulang dari Italia. Negara Italia pada Kamis (19/3/2020) angka kematian karena virus corona COVID-19 sudah mencapai 3.405 kasus.
Maka dari itu pria yang berasal dari Phitsanulok, Thailand, membuat partisi mobil Macgyver-nya sedemikian rupa untuk mengisolasi diri dari putranya. Pada mobil tersebut terlihat banyak plastik yang ditempelkan di antara kursi depan dan belakang.
Meski begitu, ia juga membuat kursi mobil senyaman mungkin untuk putranya. Dua pipa plastik mengalir dari ventilasi AC ke partisi, memberikan udara dingin ke kursi belakang.
Para netizen pun memuji ide cemerlangnya. Banyak yang menilai ini adalah langkah atau solusi yang baik dan bisa ditiru orang banyak.
"Solusi yang sangat bertanggung jawab secara sosial dan terdidik!," tulis salah satu pengguna Twitter.
"Keluarga ini sangat imut," komentar netizen lainnya.
Menurut juru bicara departemen kesehatan Thailand, sang ayah melakukan tindakan pencegahan virus corona lain seperti mengenakan masker saat ia mengantar putranya. Bagaimana denganmu? Apakah punya ide yang sama uniknya dengan pria ini? Tulis di kolom komentar ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar