Rabu, 27 Mei 2020

Peneliti Ungkap Alasan Konyol Pria Ogah Pakai Masker Saat Wabah Corona

Saat virus Corona COVID-19 masih terus meningkat, sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa pria lebih enggan untuk menggunakan masker.
Dikutip dari New York Post, peneliti dari Middlesex University London di Inggris dan Institut Penelitian Ilmu Matematika di Berkeley, California, menemukan bahwa pria lebih malas menggunakan masker untuk mencegah COVID-19 dibandingkan perempuan.

Pria ogah menggunakan masker dengan alasan ego semata. Jadi, laki-laki cenderung percaya bahwa mereka akan merasa terlihat lemah dihadapan lingkungan sosial ketika mengenakan masker.

"Pria lebih setuju dari wanita bahwa memakai masker itu memalukan, tidak keren, tanda kelemahan dan stigma, dan perbedaan gender ini juga memediasi niat perbedaan gender untuk mengenakan penutup wajah," ungkap penulit penelitian, Valerio Capraro dan Helene Barcelo.

Fakta menjelaskan bahwa korban meninggal akibat COVID-19 kebanyakan adalah laki-laki. Ini terjadi di negara dengan kasus COVID-19 yang cukup tinggi seperti di China, Italia, Spanyol, dan New York.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit saat ini merekomendasikan agar semua orang mengenakan masker kain di atas hidung dan mulut mereka ketika mereka pergi ke tempat umum.

Sementara itu, survei lain membuktikan bahwa laki-laki lebih banyak yang tak suka pakai masker. Menurut pendapat One Gallup/Knight Foundation yang melakukan pada 14-20 April lalu.

Hasilnya menunjukkan bahwa 25 persen pria mengaku selalu pakai masker saat keluar rumah. Angka itu lebih kecil dibandingkan perempuan yang mencapai 44 persen.

"Terkait dengan gender, perempuan pada umumnya kurang mau mengambil risiko dan dengan demikian mereka dinilai lebih patuh dengan apa yang disarankan pemerintah dalam upaya pencegahan," catat para penulis.

Kapan 'New Normal' Bisa Diterapkan? Ini Syaratnya Menurut Ahli Epidemologi

Pemerintah segera menerapkan new normal atau normal baru d tengah belum pasti kapan berakhirnya pandemi COVID-19. Masyarakat diharapkan dapat segera melaksanakan aktivitas seperti biasa, tetapi dengan cara yang baru.
Lantas, kapan normal baru ini bisa diterapkan?

Pakar epidemologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dr Riris Andono Ahmad atau yang biasa disapa dr Doni menjelaskan banyak hal yang harus diperhatikan pemerintah sebelum benar-benar memberlakukan normal baru.

"Itu menjadi hal yang perlu kita perhatikan. Kapan itu (normal baru) dijalankan jelas akan berbeda-beda berdasarkan wilayah, karena transmisi COVID-19 tidak merata di Indonesia," kata dr Doni saat dihubungi detikcom, Selasa (26/5/2020).

Dia melanjutkan, new normal bisa dilakukan ketika infeksi virus Corona sudah terkendali. Tentunya harus ada indikator yang jelas untuk menyatakan virus itu sudah terkendali.

"Ketika kemudian COVID-19 sudah terkendali yakni ada indikator misalnya jumlah penularannya rendah, tidak ada lagi klaster besar kemudian juga kemampuan diagnosis dan penemuannya sudah memadai kemudian punya fasilitas untuk karantina, maka itu (normal baru) bisa mulai dilakukan," jelasnya.

Untuk menerapkan normal baru, menurut dr Doni harus mengubah proses bisnis. Yaitu dengan memasukkan protokol pencegahan COVID-19 di semua sektor.

"Tapi kemudian harus melihat bagaimana cara melakukannya, yang pasti harus mengubah proses bisnis di semua sektor. Yaitu harus memasukkan komponen social distancing dan pencegahan penularan," terangnya.

"Kemudian ada juga fasilitas untuk mencegah infeksi, orang harus pakai masker, harus cuci tangan, hindari kontak," lanjutnya.

Menurutnya, semua protokol ini harus disiapkan. Sembari menyiapkan protokol, dia juga meminta agar masyarakat diberi pendidikan terkait pencegahan Corona.

"Jadi isunya di situ, mulai dari kapan itu harus dilaksanakan, dan itu berdasarkan apakah sudah terkendali atau tidak transmisinya dan kemudian bagaimana cara melakukan new normal itu," tegasnya.
http://indomovie28.com/mothers-lover-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar