Sebuah edaran mengatasnamakan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memuat panduan pembuatan hand sanitizer. Dalam keterangannya, tercantum tautan ke laman pembuatan hand sanitizer versi organisasi kesehatan dunia WHO.
Ada beragam alat dan bahan yang perlu disiapkan. Berikut alat, bahan, dan cara-cara membuat hand sanitizer versi BPOM:
Bahan-bahan:
1. Etanol 96 persen
2. Gliserol 98 persen
3. Hidrogen Peroksida 3 persen
4. Air steril atau Aquadest
Alat:
1. Gelas ukur 1.000 ml
2. Becker glass
3. Gelas ukur 50 ml
4. Gelas ukur 25 ml
5. Batang pengaduk
6. Botol kaca
Prosedur:
1. Sejumlah 883 ml etanol dimasukkan ke dalam gelas ukur 1.000 ml.
2. Tambahkan 41,7 ml hidrogen peroksida 3 persen ke dalam gelas ukur berisi etanol tersebut.
3. Selanjutnya tambahkan 14,5 ml gliserol 98 persen menggunakan gelas ukur, dan pastikan sisa gliserol tidak tertinggal dengan cara membilasnya dengan air.
4. Tambahkan air hingga 1.000 ml, aduk hingga homogen.
5. Pindahkan campuran ke dalam botol kaca bersih.
6. Simpan selama 72 jam untuk memastikan tidak ada kontaminasi organisme dari wadah botol.
7. Hand sanitizer siap digunakan.
Kasus Corona RI Naik 3 Kali Lipat dalam 7 Hari, Deteksi Dinilai Lemah
Sejak awal Maret 2020, masyarakat dihebohkan dengan adanya dua kasus positif virus corona COVID-19 di Indonesia. Kepanikan menyebar luas di tengah publik lantaran sebelumnya pemerintah kerap mengumumkan bahwa Indonesia masih bebas virus corona di saat negara lain sudah kena.
Setelah pengumuman dua kasus positif, angka penularan COVID-19 cenderung meningkat setiap harinya. Nurul Nadia, konsultan kesehatan masyarakat dari Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), menyebut infeksi virus corona yang meningkat drastis di Indonesia diperkirakan karena deteksi dan intervensi dini yang lambat.
"Keadaan di Indonesia saat ini, kalau kita lihat, Januari-Februari belum ada kasus COVID-19. Lalu tiba-tiba di Maret ada kasus dan peningkataknnya drastis," katanya dalam diskusi yang digelar Society of Indonesian Science Journalists (SISJ) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Peningkatan kasus yang relatif drastiss ini kemungkinan akibat kumulatif kasus yang sudah ada di masyakarat. Bahkan Nadia membandingkan angka penularkan kasus di Indonesia cenderung lebih tinggi daripada di China.
"Kalau kita bandingkan dengan China, di sana kasus menngkat 3 kali lipat dalam waktu 14 hari sedangkan di indonesia dalam 7-8 hari kasusnya meningkat 3 kali lipat," ucap Nadia.
Nadia memperkirakan kasus virus corona sebenarnya sudah ada di masyarakat dan pola penyebarannya melalui community transmission. Community transmission dimaknakan sebagai ppenyebaran virus bisa dari mana saja meski tidak ada riwayat ke luar negeri atau kontak dengan pasien positif.
Selain itu disebutkan juga penemuan kasus di Indonesia cenderung masih rendah jika dibandingkan dengan jumlah populasi. Bisa saja yang diumumkan adalah kasus berat yang ke rumah sakit sementara yang ringan dan gejalanya kurang jelas telah menyebar di masyarakat dan sudah cukup meluas.
"Bisa saja di keluarga tidak ada yg infeksi COVID-19 tapi batuk pilek yang kita alami adalah infeksi covid," sebutnya.
Oleh karena itu, kebijakan social distant atau karantina rumah dianggap bisa menahan laju penyebaran dan penularan. Sebab negara lain seperti Singapura dan Korea Selatan berhasil menekan angka kematian dengan melakukan pembatasan dini, skrining masif dan karantina ketat dalam waktu cepat.
https://indomovie28.com/cast/jordan-hinson/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar