Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Mass sudah memperingatkan Uni Eropa agar jangan dulu menerima turis mancanegara. Dia takut akan ada cluster infeksi baru.
Dalam sebuah sesi wawancara dengan media lokal, Menteri Luar Jerman Negeri Heiko Mass mengeluarkan sebuah pernyataan agar negara-negara Uni Eropa jangan berlomba-lomba untuk lebih dulu membuka destinasi wisatanya buat turis mancanegara.
Perlombaan itu, menurut Heiko akan melahirkan sebuah resiko baru, yaitu bisa saja terjadi cluster infeksi baru di resort tempat para wisatawan ini menginap.
"Perlombaan negara Eropa mana yang lebih dulu mengizinkan pariwisata buka kembali akan menuntun ke resiko yang tidak bisa diterima," kata Heiko seperti dikutip dari The Sun, Kamis (21/5/2020).
Heiko menambahkan, sudah ada negara yang menjadi contoh bagaimana sebuah resort wisata bisa jadi sebuah cluster infeksi virus Corona yang mematikan. Heiko merujuk pada Austria, dimana ada satu resort ski di sana yang jadi tempat 'pembiakan' dna penularan virus Corona.
Dia pun meminta agar negara-negara Uni Eropa duduk dan diskusi bersama dulu untuk menetapkan kriteria yang harus dipatuhi negara-negara tersebut sebelum memutuskan untuk membuka lagi sektor pariwisata mereka. Jika tidak ada kesepakatan, Heiko meminta agar kebijakan lockdown diperpanjang saja.
Beberapa negara di Eropa memang sudah mulai akan membuka pariwisatanya lagi. Spanyol, Yunani bahkan Siprus pun akan membuka diri untuk wisatawan. Termasuk juga Austria yang akan membuka lagi resort ski mereka.
Sementara itu, Jerman sendiri saat ini tengah bersiap diri jika nanti ada gelombang kedua virus Corona. Presiden German Hospitals Society, Gerald Gass menyatakan Jerman sudah bersiap jika suatu saat gelombang kedua itu datang.
"Jerman sudah bersiap tentang kemungkinan gelombang kedua. Dalam beberapa bulan ke depan, kami berencana untuk menjaga agar 20% ketersediaan ranjang dengan alat bantu pernafasan tetap tersedia," pungkas Gerald.
Pariwisata Jepang Terjun Bebas, Turun Hampir 100 Persen!
Badan pariwisata Jepang mengeluarkan data jumlah wisatawan untuk bulan April. Presentasenya terjun payung dibandingkan tahun lalu.
Wabah Corona menutup paksa semua pariwisata dunia. Sebelum adanya wabah virus Corona, Jepang sudah mengestimasikan 2.900 turis akan datang pada bulan April 2020. Data pemerintah menunjukkan bahwa kedatangan turis turun 99,9 persen di bulan April. Ini menjadi angka terendah pertama sejak 1964.
Sebelumnya Jepang memang membatasi perjalanan dari 70 negara. Namun bulan ini meningkat menjadi 100 negara.
China, Korea Selatan, Amerika Serikat dan sebagian Eropa masuk dalam daftar. Padahal China dan Korea Selatan menjadi penyumbang jumlah kedatangan wisatawan terbesar ke negeri matahari terbit itu.
Bulan April tahun lalu, China membawa 726.132 wisatawan ke Jepang dan Korsel 566.624 wisatawan. Kini hanya ada 200 wisatawan dari China dan 300 dari Korsel. Turun drastis!
Taiwan dan Amerika Serikat pun hanya menyumbang masing-masing 300 wisatawan. Sebelumnya ada 403.467 wisatawan dari Taiwan dan 170.247 turis dari Amerika Serikat.
Kalau diakumulasikan, wisatawan antara bulan Januari hingga April turun 64,1 persen. Presentase tersebut bernilai 3,94 juta wisatawan asing.
Sementara itu pembatasan perjalanan masih dilakukan oleh Jepang. Bahkan Jepang menutup Gunung Fuji tahun ini dalam rangka pencegahan penularan virus Corona.
Beberapa waktu lalu, Jepang mengeluarkan larangan untuk tidak mendaki saat libur nasional. Warga Jepang dikenal suka treking ke gunung dan hutan saat liburan. Tapi musim panas segera tiba, Pemerintah Jepang khawatir warganya akan berkerumun di satu tempat wisata untuk liburan. Tentu saja, destinasi yang paling ditunggu adalah Gunung Fuji.
Demi menekan angka penularan kasus Corona, Jepang resmi menutup Gunung Fuji mulai 10 Juli-10 September 2020. Ini menjadi yang pertama kali semenjak tahun 1960.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar