Saat ini ada lebih dari 100 vaksin virus Corona yang sedang berada dalam penelitian. Hampir selusin di antaranya sudah dilakukan uji klinis pada manusia.
Mengutip ABC, hingga kini belum bisa diketahui dengan pasti kandidat vaksin mana yang akan ampuh dan efektif dalam melawan COVID-19.
Berbagai macam tantangan telah dihadapi oleh para peneliti dalam mengembangkan vaksin virus Corona. Belum lagi tuntutan untuk menyelesaikan vaksin dalam waktu dekat.
Meskipun perlu beberapa bulan sebelum mengetahui apakah vaksin tersebut efektif dalam melawan virus Corona, uji coba pada hewan telah menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Minggu (24/5/2020), sudah terdapat 9 vaksin virus Corona yang sedang dalam tahap uji coba pada manusia. Berikut daftarnya:
-Non-replicating viral vector vaccine from CanSino (China).
-RNA vaccine from Moderna (Amerika Serikat).
-Inactivated vaccine from Wuhan Institute of Biological Products (China).
-Inactivated vaccine from Beijing Institute of Biological Products (China).
-Inactivated vaccine from Sinovac (China).
-Non-replicating viral vector vaccine from Oxford University and AstraZeneca (Inggris).
-Protein subunit vaccine from Novavax (Amerika Serikat).
-RNA vaccine from BioNTech and Pfizer (Jerman dan Amerika Serikat).
-DNA vaccine from Inovio (Amerika Serikat).
Vaksin Corona Universitas Oxford Diragukan, Ini Kata Pembuatnya
- Vaksin Corona buatan Oxford University disebut-sebut salah satu kandidat terbaik dan saat ini telah memasuki tahap uji coba pada manusia. Akan tetapi terbersit keraguan setelah kera yang disuntik vaksin itu ternyata akhirnya tetap terkena Corona dan berpotensi tetap bisa menularkannya.
Sempat disebut kebal COVID-19, rupanya 6 kera yang dites terkena Corona. Selain itu, level COVID-19 yang ada di bodi mereka disebut sama saja dengan kera yang tidak divaksin sehingga kemungkinan dapat menularkan.
Menanggapi itu, profesor Andrew Pollard dari Oxford selaku salah satu pembuat vaksin itu menyatakan vaksin yang mereka kembangkan mencapai tujuan utamanya, yaitu melindungi mereka yang divaksin dari bahaya COVID-19 paling serius.
"Trial itu melibatkan sejumlah kecil monyet, yang ditunjukkan adalah vaksin ini mencegah pneumonia di hewan tersebut," cetusnya, seperti dikutip detikINET dari Daily Mail.
"Hal itu mendukung vaksin pada manusia karena itulah yang sungguh ingin kami ketahui, yaitu apakah bisa mencegah pneumonia dan infeksi berat di manusia," paparnya.
Selain itu, monyet yang divaksin juga tidak mengalami kerusakan jantung. Hal itu yang membuat pihak Oxford yakin dalam melangkah ke trial pada manusia.
Pemerintah Inggris telah mengucuri dana 90 juta poundsterling untuk pengembangan vaksin dari Oxford itu. Jika semua berjalan sesuai rencana, kabarnya pada bulan September vaksin ini sudah dapat tersedia.
Bulan silam, trial telah melibatkan seribu relawan. Dalam tahap berikutnya, rencananya vaksin akan diberikan pada 10 ribu orang di berbagai wilayah Inggris.
Profesor Pollard sendiri belum dapat memastikan apakah September adalah tenggat waktu yang pas. "Sebenarnya sangat sulit untuk tahu kapan kita akan memiliki bukti bahwa vaksin itu berhasil," katanya.
Suara skeptis pada vaksin Oxford antara lain disuarakan oleh Dr William Haseltine, mantan akademisi di Harvard Medical School. Ia menyebut bahwa vaksin itu tidak memberikan imunitas pada COVID-19.
"Mungkin memang memberikan perlindungan parsial. Tapi apakah itu cukup untuk mengendalikan pandemi COVID-19?" tulisnya di Forbes.
"Untuk jawaban, kita bisa melihat penyakit lain di mana vaksinnya hanya efektif parsial, yaitu HIV, tubercolosis dan malaria. Jawabannya tidak memberi semangat," cetusnya.
https://indomovie28.com/cast/cocco/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar