Senin, 25 Mei 2020

Vaksin Corona Universitas Oxford Diragukan, Ini Kata Pembuatnya

- Vaksin Corona buatan Oxford University disebut-sebut salah satu kandidat terbaik dan saat ini telah memasuki tahap uji coba pada manusia. Akan tetapi terbersit keraguan setelah kera yang disuntik vaksin itu ternyata akhirnya tetap terkena Corona dan berpotensi tetap bisa menularkannya.
Sempat disebut kebal COVID-19, rupanya 6 kera yang dites terkena Corona. Selain itu, level COVID-19 yang ada di bodi mereka disebut sama saja dengan kera yang tidak divaksin sehingga kemungkinan dapat menularkan.

Menanggapi itu, profesor Andrew Pollard dari Oxford selaku salah satu pembuat vaksin itu menyatakan vaksin yang mereka kembangkan mencapai tujuan utamanya, yaitu melindungi mereka yang divaksin dari bahaya COVID-19 paling serius.

"Trial itu melibatkan sejumlah kecil monyet, yang ditunjukkan adalah vaksin ini mencegah pneumonia di hewan tersebut," cetusnya, seperti dikutip detikINET dari Daily Mail.

"Hal itu mendukung vaksin pada manusia karena itulah yang sungguh ingin kami ketahui, yaitu apakah bisa mencegah pneumonia dan infeksi berat di manusia," paparnya.

Selain itu, monyet yang divaksin juga tidak mengalami kerusakan jantung. Hal itu yang membuat pihak Oxford yakin dalam melangkah ke trial pada manusia.

Pemerintah Inggris telah mengucuri dana 90 juta poundsterling untuk pengembangan vaksin dari Oxford itu. Jika semua berjalan sesuai rencana, kabarnya pada bulan September vaksin ini sudah dapat tersedia.

Bulan silam, trial telah melibatkan seribu relawan. Dalam tahap berikutnya, rencananya vaksin akan diberikan pada 10 ribu orang di berbagai wilayah Inggris.

Profesor Pollard sendiri belum dapat memastikan apakah September adalah tenggat waktu yang pas. "Sebenarnya sangat sulit untuk tahu kapan kita akan memiliki bukti bahwa vaksin itu berhasil," katanya.

Suara skeptis pada vaksin Oxford antara lain disuarakan oleh Dr William Haseltine, mantan akademisi di Harvard Medical School. Ia menyebut bahwa vaksin itu tidak memberikan imunitas pada COVID-19.

"Mungkin memang memberikan perlindungan parsial. Tapi apakah itu cukup untuk mengendalikan pandemi COVID-19?" tulisnya di Forbes.

"Untuk jawaban, kita bisa melihat penyakit lain di mana vaksinnya hanya efektif parsial, yaitu HIV, tubercolosis dan malaria. Jawabannya tidak memberi semangat," cetusnya.

Ilmuwan: Ada yang Aneh di Virus Corona

 Seorang ilmuwan top di Australia meminta ada investigasi khusus untuk menyelidiki asal muasal sesungguhnya COVID-19 lantaran timnya menemukan bahwa virus tersebut secara unik bisa beradaptasi untuk menginfeksi manusia.
Profesor Nikolai Petrovsky yang memimpin tim tersebut menyatakan COVID-19 bukan infeksi penyakit dari hewan ke manusia (zoonotic) biasa karena tampaknya punya kemampuan luar biasa untuk memasuki tubuh manusia dari hari pertama.

Akademisi dari Flinders University itu menyebut memang virus Corona ini ada kemungkinan menular dari hewan dalam sebuah peristiwa alam yang ganjil, tapi kemungkinan atau teori bahwa ia bocor dari laboratorium tidak bisa juga dikesampingkan.

"Saya tidak pernah melihat virus zoonotic yang bertingkah seperti ini sebelumnya," kata dia, dikutip detikINET dari Daily Mail.

Pria yang ikut membuat vaksin COVID-19 di Australia ini menyebut virus baru yang melompat dari hewan biasanya menguat untuk beradaptasi di manusia. Tapi untuk alasan yang belum terjelaskan, COVID-19 beradaptasi sempurna saat menginfeksi manusia tanpa perlu berkembang lagi.

Ia menyinggung 'kebetulan' bahwa virus yang paling dekat hubungannya dengan COVID-19 dipelajari di laboratorium di Wuhan, kota asal mula wabah Corona. Maka kemungkinan kebocoran, sekecil apapun, menurutnya tak boleh diabaikan.

"Implikasinya mungkin tidak bagus buat ilmuwan atau politik global, tapi hanya karena jawabannya mungkin menimbulkan masalah, kita tidak bisa melarikan diri darinya," kata dia.

"Saat ini memang tidak ada bukti sebuah kebocoran tapi ada cukup data yang mencemaskan kami. Hal itu tetap merupakan sebuah kemungkinan sampai (terbukti) tidak," imbuhnya.

Australia sendiri termasuk negara yang gencar menyuarakan agar asal usul COVID-19 diselidiki dengan serius. Adapun di kalangan ilmuwan, kebanyakan sepakat COVID-19 berasal dari binatang walau ada yang beda pendapat seperti profesor tersebut.

Adapun pemerintah China ataupun ilmuwan dari Wuhan Institute of Virology sudah berulangkali membantah COVID-19 dibuat atau bocor dari laboratorium bersangkutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar