Direktur eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Mike Ryan, mengingatkan bahwa saat ini dunia masih menghadapi wabah virus Corona COVID-19. Tepatnya berada di gelombang pertama wabah Corona.
"Kita berada tepat di tengah gelombang pertama secara global. Kita masih dalam fase di mana penyakit ini sebenarnya sedang dalam 'perjalanan'," katanya dikutip dari VOA, Kamis (28/5/2020).
Saat ini, kasus virus Corona ini masih meningkat di beberapa negara. Seperti Amerika Selatan, Asia Selatan, dan wilayah lainnya. Ia pun mengingatkan Amerika Utara, Eropa, Asia Tenggara dan wilayah lainnya agar tidak terburu-buru dalam melonggarkan tindakan pengendalian.
"Penyakit ini dapat melonjak kapan saja," ujarnya.
Dr Ryan mengeluarkan peringatan tersebut sebelum munculnya gelombang kedua, setelah melihat banyaknya masyarakat Amerika Serikat yang memadati tempat wisata, seperti pantai dan taman. Hal ini pun memicu kekhawatiran orang-orang yang menentang pembukaan tindak pengendalian secara cepat di dunia.
Tak hanya di Amerika Serikat, di India meski tengah berjuang dengan lonjakan kasus virus tetap mengizinkan penerbangan domestik, setelah ditahan selama dua bulan. Selain itu, Brazil pun sudah kembali mendesak perusahaan untuk kembali beroperasi dan menolak adanya rekomendas jarak sosial.
Menurut Presiden Brasil Jair Bolsonaro, jika dilanjutkan akan lebih banyak orang yang terbunuh karena ekonomi yang hancur daripada karena penyakit ini.
Pulihkan Ekonomi dari Corona, Uni Eropa Siapkan Stimulus Rp 11.000 T
Komisi Eropa mengusulkan pemberian ratusan miliar euro kepada negara-negara Uni Eropa yang perekonomiannya hancur akibat pandemi COVID-19. Bantuan ini dirancang untuk memastikan negara-negara tersebut tidak tertinggal ketika pemulihan terjadi.
Dikutip dari CNN, Kamis (28/5/2020), badan eksekutif Uni Eropa pada hari Rabu berencana menggelontorkan 750 miliar euro (US$ 825 miliar) di pasar keuangan melalui anggaran 2021-2027. Dana tersebut setara Rp 11.550 triliun (kurs Rp 14.000).
Rencananya dua pertiga dari uang itu akan dibagikan ke negara-negara melalui hibah, sedangkan sisanya akan ditawarkan sebagai pinjaman.
"Kita semua memahami krisis ini begitu besar sehingga kita harus mengambil langkah-langkah yang tidak biasa untuk mengatasi krisis dan untuk menjadi lebih kuat," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada konferensi pers.
Hal tersebut disambut oleh negara-negara Eropa selatan, tetapi masih bisa menghadapi penolakan dari negara-negara oposisi yang lebih konservatif secara fiskal, yang hanya ingin menawarkan pinjaman.
Ke-27 negara anggota harus menandatangani proposal, dan analis memperingatkan bahwa penundaan dapat mengobarkan ketegangan politik yang dapat memisahkan blok tersebut.
"Sekarang pertanyaannya adalah seberapa serius dan seberapa ketat oposisi," kata Carsten Brzeski, kepala ekonom zona euro di bank Belanda ING. Usulan Komisi, ia mengingatkan, "hanyalah awal."
Jerman dan Prancis, dua ekonomi terbesar di Eropa, mengatakan pekan lalu bahwa mereka mendukung penggunaan dana bantuan yang luas yang tidak memerlukan pembayaran kembali.
Rencana Franco-Jerman berfungsi sebagai dasar untuk proposal Komisi, yang mencakup US$ 550 miliar dalam bentuk hibah dan US$ 275 miliar dalam bentuk pinjaman.
"Perjanjian Franco-Jerman telah memungkinkan kemajuan ini dibuat. Kita harus bergerak cepat dan mengadopsi perjanjian ambisius dengan semua mitra Eropa kita," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Namun beberapa negara seperti Austria, Belanda, Swedia dan Denmark menolak kompromi yang dibuat oleh Perancis-Jerman dan mengatakan mereka hanya mendukung pinjaman.
Sedangkan negara-negara yang terpukul keras di Eropa selatan seperti Italia dan Spanyol khawatir tanpa bantuan lebih lanjut, pemulihan ekonomi dari virus Corona tidak akan merata.
https://nonton08.com/cast/david-fernandez-jr/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar