Minggu, 19 April 2020

7 Penyebab Perut Buncit dan Cara Mengatasinya

Perut buncit merupakan salah satu faktor risiko berbagai penyakit kronis, mulai dari diabetes hingga masalah kardiovaskular. Kondisi ini menunjukkan adanya lemak berlebih di dalam perut atau visceral fat.
Ada banyak faktor yang menyebabkan penumpukan lemak di area perut. Berikut beberapa di antaranya seperti dikutip dari Medical News Today:

1. Diet yang buruk
Seseorang yang banyak mengonsumsi gula, makanan berlemak, dan karbohidrat sederhana punya risiko lebih besar untuk punya perut membuncit. Lebih disarankan untuk memperbanyak asupan serat sebagai penyeimbang.

2. Minum alkohol
Terlalu banyak mengonsumsi alkohol berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan, mulai dari penyakit hati dan radang. Alkohol juga memicu obesitas sentral, yakni gemuk hanya di area perut.

3. Kurang olahraga
Ketika asupan kalori tidak sebanding dengan aktivitas fisik, maka akan terjadi penumpukan sumber energi dalam bentuk lemak. Termasuk di area perut. Cara mengatasinya, adalah dengan memperbanyak aktivitas fisik dan olahraga.

4. Stres
Ada dua kemungkinan yang terjadi saat seseorang mengalami stres. Pertama, orang tersebut jadi banyak makan manis dan berlemak untuk meredakan stres. Kedua, sistem metabolisme terpengaruh oleh aktivitas hormon stres yakni kostisol. Dua-duanya bisa menyebabkan kegemukan.

Kelola stres sebaik mungkin untuk meminimalkan dampaknya.

5. Genetik
Ada sejumlah bukti ilmiah bahwa gen berperan dalam peningkatan risiko obesitas. Hal yang sama juga berlaku pada risiko penyakit kronis.

6. Kurang tidur
Sebuah penelitian di Journal of Clinical Sleep Medicine mengaitkan durasi tidur dengan berat badan. Kualitas maupun durasi tidur sama-sama berperan dalam mengontrol lemak tubuh. Seseorang yang kurang tidur juga cenderung punya pola makan tidak sehat.

7. Merokok
Tidak ada kaitan langsung antara rokok dengan obesitas, tetapi berbagai penelitian menyebut rokok sebagai faktor risiko obesitas. Seorang perokok lebih punya risiko untuk gemuk di area perut.

Pakar WHO: Tak Ada Bukti Seseorang Jadi Kebal Corona Setelah Sembuh

 Kekebalan atau imunitas yang terbentuk setelah seseorang terinfeksi virus Corona COVID-19 diyakini akan mencegah infeksi berikutnya. Namun sejauh ini, pakar menyebut tidak ada bukti yang mendukung anggapan tersebut.
Pendapat ini disampaikan berdasarkan hasil tes serologi yang dilakukan di sejumlah negara. Tes ini mendeteksi antibodi di dalam plasma darah yang terbentuk setelah seseorang terinfeksi virus Corona.

"Saat ini kita tidak punya bukti bahwa penggunaan tes serologi bisa menunjukkan seseorang punya kekebalan atau terlindungi dari reinfeksi," kata pakar epidemologi Dr Maria van Kerkhove, dikutip dari Sky.com.

Penggunaan tes antibodi tengah jadi sorotan karena sensitivitasnya dinilai rendah. Antibodi hanya menunjukkan bahwa seseorang pernah terinfeksi atau terpapar, tidak ada jaminan bahwa orang tersebut akan terlindungi dari reinfeksi dalam jangka panjang.

"Tidak seorang pun yakin apakah seseorang dengan antibodi benar-benar terlindungi dari penyakit atau akan terpapar lagi," tegas Dr Mike Ryan, direktur eksekutif organisasi kesehatan dunia WHO.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar