Minggu, 19 April 2020

Pakar WHO: Tak Ada Bukti Seseorang Jadi Kebal Corona Setelah Sembuh

Kekebalan atau imunitas yang terbentuk setelah seseorang terinfeksi virus Corona COVID-19 diyakini akan mencegah infeksi berikutnya. Namun sejauh ini, pakar menyebut tidak ada bukti yang mendukung anggapan tersebut.
Pendapat ini disampaikan berdasarkan hasil tes serologi yang dilakukan di sejumlah negara. Tes ini mendeteksi antibodi di dalam plasma darah yang terbentuk setelah seseorang terinfeksi virus Corona.

"Saat ini kita tidak punya bukti bahwa penggunaan tes serologi bisa menunjukkan seseorang punya kekebalan atau terlindungi dari reinfeksi," kata pakar epidemologi Dr Maria van Kerkhove, dikutip dari Sky.com.

Penggunaan tes antibodi tengah jadi sorotan karena sensitivitasnya dinilai rendah. Antibodi hanya menunjukkan bahwa seseorang pernah terinfeksi atau terpapar, tidak ada jaminan bahwa orang tersebut akan terlindungi dari reinfeksi dalam jangka panjang.

"Tidak seorang pun yakin apakah seseorang dengan antibodi benar-benar terlindungi dari penyakit atau akan terpapar lagi," tegas Dr Mike Ryan, direktur eksekutif organisasi kesehatan dunia WHO.

Selain Paru-paru, Organ Tubuh Ini Juga Bisa Terdampak Virus Corona

 Infeksi virus Corona COVID-19 berdampak pada berbagai organ tubuh manusia. Tak hanya pada paru-paru, tapi juga berbagai organ dalam tubuh lainnya.
Hal ini pun diungkapkan dokter spesialis penyakit dalam dan vaksinolog dari Omni Hospital Pulomas, dr Dirga Sakti Rambe, MSc, SpPD. Dalam duitannya, ia mengatakan bahwa virus Corona bahkan bisa berdampak hingga ke usus.

"Virus masuk lewat saluran napas atas, menyebar ke paru-paru, mencetuskan reaksi radang yang sistemik dan masif," tulisnya.

"Dampaknya dapat terjadi pada hampir seluruh organ: otak, mata, hidung, paru, jantung dan pembuluh darah, hati, ginjal, dan usus," imbuhnya.

Kepada detikcom, dr Dirga menyebutkan dari beberapa organ yang disebutkan, yang paling terdampak dan menjadi target utama COVID-19 adalah saluran napas. Pada kasus ringan, akan berdampak pada saluran pernapasan bagian atas. Tapi, jika berat akan melibatkan paru-paru.

"Kalau kasus yang ringan, biasanya terdampak pada saluran napas bagian atas ya. Tapi, kalau yang berat, itu hampir selalu melibatkan saluran napas bagian bawah yaitu paru-paru," jelasnya saat dihubungi detikcom, Sabtu (18/4/2020).

dr Dirga mengatakan, virus Corona itu akan memberikan dampak yang paling fatal dan hebat pada paru-paru. Terlebih jika terjadi kondisi reaksi radang yang hebat, maka bisa menyebabkan gagal napas.

"Nah, ini orangnya pasti butuh ventilator dan sering sekali tidak selamat atau meninggal," imbuhnya.

13 Gejala Virus Corona yang Tak Terpikir Sebelumnya, Termasuk Nyeri Testis

Saluran pernapasan merupakan organ yang paling terkena dampak fatal saat seseorang terinfeksi virus Corona COVID-19. Gejala yang timbul biasanya sesak napas, demam, hingga paling parah pneumonia.
Tetapi, dampak yang terjadi pada tubuh tidak hanya pada bagian itu saja. Ada banyak sekali dampak lain yang bahkan tidak pernah terpikir sebelumnya.

Semakin banyaknya variasi gejala yang terjadi pada pasien virus Corona, detikcom merangkumnya sebagai berikut.

1. Diare
Sebuah penelitian mengungkapkan ternyata diare juga banyak dikeluhkan oleh pasien corona. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan terhadap 204 pasien di Wuhan.

Sekitar 99 pasien atau 48,5 persen yang masuk ke rumah sakit mengeluh dengan masalah pencernaan. Padahal mereka sebelumnya tidak memiliki riwayat sakit perut apapun.

Riset ini mengungkap, pasien COVID-19 dengan masalah pencernaan cenderung lebih lama mencari pertolongan ke rumah sakit. Mengutip CBSnews, rata-rata butuh waktu 9 hari untuk datang ke rumah sakit.

2. Kehilangan kemampuan penciuman dan perasa
Para ilmuwan di King's College London mengatakan gejala yang paling akurat untuk mengidentifikasi pasien COVID-19, yaitu kehilangan indra penciuman dan perasa. Sekitar 59 persen pasien yang dinyatakan positif COVID-19 mengalami itu.

Gejala ini disebut lebih akurat untuk mendiagnosis COVID-19 dibandingkan dengan gejala demam seperti yang selama ini dilaporkan. Biasanya ini terjadi di saat tahap awal penyakit.

"Orang-orang dengan gejala kehilangan fungsi indra penciuman dan perasa ini tiga kali lebih mungkin membuktikan bahwa ia terinfeksi COVID-19. Jika itu terjadi, kami menyarankan mereka untuk mengisolasi diri guna mengurangi penyebaran penyakit," kata peneliti utama Profesor Tim Spector dari King's College.

3. Mata merah
American Academy of Opthalmology memberikan peringatan pada semua petugas tenaga medis, bahwa virus corona dapat menyebabkan konjungtivitis. Ini menyebabkan mata dan sekitarnya menjadi merah.

Kondisi ini telah dialami oleh seorang perawat asal Amerika Serikat, Chesley Earnest saat menangani pasien virus corona. Ia mengatakan, hampir semua pasien yang bergejala berat itu matanya memerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar