Minggu, 26 April 2020

Ilmuwan China Perkirakan Virus Corona Bisa Terkendali Akhir April

Pakar penyakit pernapasan asal China, Zhong Nanshan, mengatakan pandemi virus corona COVID-19 bisa terkendali pada akhir April ini. Hal ini diungkapkannya, setelah melihat langkah-langkah yang agresif dan efektif untuk mengendalikan virus ini di berbagai negara.
"Dengan langkah agresif dan efektif yang ambil oleh setiap negara, saya yakin pandemi ini bisa dikendalikan. Perkiraan saya sekitar akhir April," ungkap Zhong yang juga bertugas memimpin tim ahli Tiongkok untuk menangani wabah.

"Tapi, setelah akhir April, tidak ada yang bisa mengatakan secara pasti apakah ada wabah virus lain yang datang pada musim semi mendatang, atau jika nanti menghilang saat cuaca lebih hangat," lanjutnya yang dikutip dari Asia One.

Zhong tidak menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana ia bisa mencapai perkiraan tersebut. Tapi, menurutnya para ahli lain juga menyarankan kerangka waktu perkiraan yang sama, berdasarkan perkembangan terbaru yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa yang saat ini menjadi disorot sebagai pusat wabah ini, karena jumlah kasusnya.

Untuk mencapai perkiraan ini, Zhong menegaskan harus adanya kerja sama antar negara di seluruh dunia. Dengan bekerja sama, Zhong percaya pandemi ini bisa teratasi.

"Negara-negara di dunia, termasuk Amerika Serikat, telah mengadopsi dan menjalankan langkah-langkah yang agresif dan efektif. Tak hanya itu, langkah yang paling primitif dan efektif juga dijalankan, yaitu meminta orang-orang untuk tetap berada di dalam rumah," jelasnya.

Di China sendiri, Zhong yakin bahwa prosedur pemantauan dan tindakan karantina sudah tercukupi untuk mencegah adanya gelombang kedua infeksi COVID-19. Selain itu, tes antibodi dan tes swab juga akan disiapkan untuk membantu tim medis, agar lebih mudah mengidentifikasi orang yang membawa virus ini.

Selain itu, Zhong juga berbicara terkait efek jangka panjang setelah terinfeksi COVID-19. Sebuah studi Otoritas Rumah Sakit Hong Kong mengatakan, setiap orang yang sembuh mengalami penurunan fungsi paru-paru 20-30 persen. Ini membuat susah bernapas saat berjalan cepat.

"Berdasarkan pengamatan terhadap pasien COVID-19, kerusakan atau penurunan fungsi paru-paru terutama fibrosis paru, cenderung tidak bersifat jangka panjang. Dan sebagian besar dari mereka, kondisi kesehatannya kembali pulih dalam waktu 6-12 bulan pasca sembuh," kata Zhong.

IDI Sayangkan Tudingan Soal Tenaga Medis Sumber Penularan Corona

Banyak tenaga kesehatan yang menjadi korban diskriminasi akibat merawat pasien virus corona COVID-19. Masyarakat banyak yang menganggap dokter dan perawat bisa menjadi sumber penularan virus corona sehingga tidak sedikit yang diusir dari tempat tinggal mereka.
"Begini, jadi masyarakat itu kan perlu diyakinkan. Pertama memang perlu penjelasan, diberi tahu, diedukasi lebih serius. Tetapi ada yang lebih meyakinkan masyarakat lagi, ketersediaan APD (alat pelindung diri) diyakinkan bagus atau cukup," terang Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia, dr Daeng M Faqih dalam konferensi pers daring Katadata, Jumat (4/3/2020).

Ketersediaan APD disebut dr Daeng bisa menjadi kunci keyakinan masyarakat bahwa tenaga medis tidak akan menjadi sumber penularan. Saat ini dengan adanya isu APD yang kurang sampai harus modifikasi menjadi keresahan tidak hanya bagi para dokter dan perawat tetapi juga masyarakat sehingga menganggap mereka bisa menjadi agen penularan.

Dukungan fasilitas penunjang seperti masker, APD, dan alat-alat penanganan pasien juga dirasa penting agar tenaga medis bisa bekerja dengan aman. Sebab jangan sampai tenaga medis pun jadi ikut tertular dan sakit karena kekurangan alat pelindung diri.

"Barangkali ada strategi juga yang sudah banyak dilakukan, petugas kesehatan diberi tempat tertentu selama merawat pasien seperti mess/tempat menginap, seperti di Wisma Atlet ada tempat sendiri. Saya lihat ada beberapa hotel di DKI Jakarta yang menyiapkan untuk petugas kesehatan," pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar