Minggu, 26 April 2020

Ilmuwan Ini Sebut 'Physical Distancing' 1 Meter Masih Terlalu Dekat

 Pemerintah terus mengimbau masyarakat agar melakukan 'jaga jarak' atau physical distancing. Physical distancing yang dimaksud adalah menjaga jarak satu meter dengan pasien yang terinfeksi.
Imbauan ini berdasarkan panduan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyarankan agar saling menjaga jarak satu meter agar tak tertular virus corona COVID-19. Namun baru-baru ini beredar studi yang menyebut jarak physical distancing yang sebenarnya bukan satu meter.

Menurut Profesor MIT bernama Lydia Bourouib, yang meneliti dinamika batuk dan bersin bertahun-tahun, mengatakan dalam penelitian terbarunya kalau pedoman WHO didasari pada model lama di tahun 1930-an. Bourouiba mengingatkan kalau tetesan air liur yang mengandung patogen dari semua ukuran dapat menempuh jarak sekitar 7 hingga 8 meter jauhnya.

Berdasarkan penelitiannya yang diterbitkan Journal of American Medical Association pada 26 Maret lalu, ia juga menjelaskan droplet dapat berada di udara dalam waktu berjam-jam. "Sebuah laporan tahun 2020 dari China menunjukkan bahwa partikel virus coronavirus (SARS-CoV-2) dapat ditemukan dalam sistem ventilasi di kamar rumah sakit pasien dengan COVID-19," jelas Bourouiba.

"Penemuan partikel virus dalam sistem ini lebih konsisten dengan hipotesis penyebaran penyakit melalui awan gas turbulen ketimbang model dikotomi, karena menjelaskan bagaimana partikel virus dapat melakukan perjalanan jarak jauh dari pasien. Apakah data ini memiliki implikasi klinis sehubungan dengan COVID-19 belum diketahui," lanjutnya.

WHO pun menanggapi temuannya ini sebagai salah satu referensi yang dipertimbangkan untuk memperbaharui penelitian ilmiah tentang virus corona COVID-19.

"WHO dengan hati-hati memonitor bukti yang muncul tentang topik kritis ini dan akan memperbarui brief ilmiah ini ketika lebih banyak informasi tersedia," kata WHO, dikutip dari USA Today pada Jumat (3/4/2020).

Ilmuwan China Perkirakan Virus Corona Bisa Terkendali Akhir April

Pakar penyakit pernapasan asal China, Zhong Nanshan, mengatakan pandemi virus corona COVID-19 bisa terkendali pada akhir April ini. Hal ini diungkapkannya, setelah melihat langkah-langkah yang agresif dan efektif untuk mengendalikan virus ini di berbagai negara.
"Dengan langkah agresif dan efektif yang ambil oleh setiap negara, saya yakin pandemi ini bisa dikendalikan. Perkiraan saya sekitar akhir April," ungkap Zhong yang juga bertugas memimpin tim ahli Tiongkok untuk menangani wabah.

"Tapi, setelah akhir April, tidak ada yang bisa mengatakan secara pasti apakah ada wabah virus lain yang datang pada musim semi mendatang, atau jika nanti menghilang saat cuaca lebih hangat," lanjutnya yang dikutip dari Asia One.

Zhong tidak menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana ia bisa mencapai perkiraan tersebut. Tapi, menurutnya para ahli lain juga menyarankan kerangka waktu perkiraan yang sama, berdasarkan perkembangan terbaru yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa yang saat ini menjadi disorot sebagai pusat wabah ini, karena jumlah kasusnya.

Untuk mencapai perkiraan ini, Zhong menegaskan harus adanya kerja sama antar negara di seluruh dunia. Dengan bekerja sama, Zhong percaya pandemi ini bisa teratasi.

"Negara-negara di dunia, termasuk Amerika Serikat, telah mengadopsi dan menjalankan langkah-langkah yang agresif dan efektif. Tak hanya itu, langkah yang paling primitif dan efektif juga dijalankan, yaitu meminta orang-orang untuk tetap berada di dalam rumah," jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar