Dokter di Amerika Serikat menemukan beberapa pasien Corona COVID-19 mengalami silent hypoxia, kondisi saat mereka kekurangan pasokan oksigen tanpa disadari. Kondisi ini disebut menyebabkan sel dan jaringan tubuh terganggu dalam menjalankan fungsi normalnya dan bisa merusak beberapa organ tubuh.
dr Richard Levitan, seorang praktisi medis darurat di New York City menemukan pasien yang paru-parunya berisi cairan atau nanah tetapi tidak mengalami gangguan pernapasan sebelum tiba di rumah sakit.
Dalam wawancaranya bersama New York Times, dr Levitan menjelaskan pasien ini tak sadar bahwa mereka terinfeksi virus Corona dengan kondisi kritis karena kadar oksigen yang rendah dalam tubuh mereka terjadi tanpa adanya 'peringatan' atau masalah pernapasan yang dirasakan.
"Dan inilah yang benar-benar mengejutkan kami. Pasien-pasien ini tidak melaporkan sensasi masalah pernapasan, meskipun hasil rontgen dada mereka menunjukkan pneumonia dan oksigen mereka di bawah normal. Bagaimana mungkin?" kata dr Levitan, dikutip dari The Sun dan ditulis Sabtu (25/4/2020).
Menurut dr Levitan kondisi silent hypoxia terjadi tanpa disadari saat pasien sudah memasuk stadium lanjut. Mereka pun tak merasakan adanya sesak napas.
"Mereka memiliki kadar oksigen yang sangat rendah dan pneumonia sedang hingga berat (seperti yang terlihat pada rontgen dada)," kata dr Levitan.
"Saturasi oksigen normal bagi kebanyakan orang di permukaan laut adalah 94 persen hingga 100 persen, pasien pneumonia COVID-19 yang saya lihat memiliki saturasi oksigen serendah 50 persen," ungkapnya.
Dokter Sebut Puasa Dapat Cegah Badai Sitokin Pada Pasien Corona
Banyak penelitian yang menyebutkan manfaat puasa untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia. Hal ini membuat beberapa orang sering mengaitkan bahwa puasa juga dapat mencegah dan memerangi virus Corona COVID-19.
Pengurus pusat Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PP PDNU) dalam rilis mengenai puasa dan kekebalan tubuh membenarkan hal tersebut. Dalam rilis disertakan juga beberapa jurnal penelitian pendukung yang membahas manfaat puasa untuk melawan Corona.
dr Heri Munajib dari bagian pusat data dan informasi PP PDNU menjelaskan lebih jauh bagaimana puasa bisa bermanfaat bagi tubuh di tengah pandemi Corona. Puasa diklaim dapat mengurangi terjadinya badai sitokin yang menjadi penyebab kematian akibat terinfeksi virus Corona.
"Risiko seperti ini pada orang-orang berpuasa itu dapat dikurangi. Risiko terjadinya antigen dan antibodi di mana terjadi badai sitokin itu dikurangi dengan proses kita berpuasa," kata dr Heri saat dihubungi detikcom dan ditulis Sabtu (25/4/2020).
Kematian yang ditimbulkan virus Corona biasanya terjadi karena badai sitokin dalam tubuh. Badai sitokin ini merupakan reaksi dari imun yang seharusnya menyerang virus malah berdampak buruk ikut menyerang tubuh.
Puasa menurut dr Heri sama halnya seperti seseorang yang melakukan diet ketogenik dengan mengurangi asupan karbohidrat. Sementara itu ada jurnal penelitian awal menyebut diet ketogenik bisa untuk mencegah terjadinya badai sitokin yang banyak menimbulkan kematian pada pasien terinfeksi virus Corona.
"Diet ketogenik ini kan sama saja orang yang mengurangi karbohidrat. Yang kita laksanakan saat ini (puasa) kan kurang lebih sama. Dimana kita berpuasa selama 14 jam," lanjutnya.
Namun ia menegaskan harus dilakukan penelitian lanjutan terkait hal ini untuk mengetahui secara detail mekanismenya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar