Sabtu, 25 April 2020

NASA Kembangkan VITAL, Ventilator Untuk Pasien Virus Corona

Tak ingin berdiam diri dan hanya fokus pada dunia antariksa, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) ikut mengembangkan ventilator untuk mengobati pasien virus Corona.
NASA mengumumkan bahwa pada Kamis (23/4) waktu setempat, mereka berhasil mengembangkan ventilator hanya dalam waktu 37 hari. Sebagai catatan, alat kesehatan tersebut sejauh ini masih dalam bentuk prototipe.

Adapun ventilator buatan NASA itu dinamakan dengan VITAL yang merupakan kepanjangan dari Ventilator Intervention Technology Accessible Locally. NASA harus menunggu persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA) sebelum alat tersebut digunakan.

"Kami mengkhususkan diri dalam urusan pesawat ruang angkasa, bukan manufaktur perangkat medis. Tapi teknis yang sangat baik, pengujian yang ketat dan prototipe cepat adalah beberapa spesialisasi kami," tutur Direktur Laboratorium Jet Propulasion NASA Michael Watkins dilansir dari Mashable, Sabtu (25/4/2020).

VITAL bukan ventilator seperti yang disumbangkan Elon Musk belum lama ini. Alat tersebut dibuat untuk digunakan secara invansif, meskipun tidak akan bertahan selama ventilator yang lebih tradisional.

"Perangkat baru ini tidak akan menggantikan ventilator rumah sakit saat ini, yang dapat bertahan bertahun-tahun dan dibuat untuk mengatasi berbagai masalah medis yang lebih luas," kata NASA.

"Sebaliknya, VITAL dimaksudkkan untuk bertahan tiga hingga empat bulan dan secara khusus untuk pasien COVID-19," sambungnya.

Mesti mengembangkan ventilator untuk pasien positif COVID-19, NASA menyebutkan bahwa alat itu memanfaatkan suku cadang yang saat ini tersedia.

"Tetapi tidak untuk bersaing dengan rantai pasokan ventilator yang saat ini dibuat," ucapnya.

Dengan menggunakan komponen non-tradisional, tim NASA tampaknya telah menemukan celah dari persoalan yang terjadi saat ini.

Dokter AS Temukan Pasien Corona Alami Silent Hypoxia, Kondisi Apa Itu?

 Dokter di Amerika Serikat menemukan beberapa pasien Corona COVID-19 mengalami silent hypoxia, kondisi saat mereka kekurangan pasokan oksigen tanpa disadari. Kondisi ini disebut menyebabkan sel dan jaringan tubuh terganggu dalam menjalankan fungsi normalnya dan bisa merusak beberapa organ tubuh.
dr Richard Levitan, seorang praktisi medis darurat di New York City menemukan pasien yang paru-parunya berisi cairan atau nanah tetapi tidak mengalami gangguan pernapasan sebelum tiba di rumah sakit.

Dalam wawancaranya bersama New York Times, dr Levitan menjelaskan pasien ini tak sadar bahwa mereka terinfeksi virus Corona dengan kondisi kritis karena kadar oksigen yang rendah dalam tubuh mereka terjadi tanpa adanya 'peringatan' atau masalah pernapasan yang dirasakan.

"Dan inilah yang benar-benar mengejutkan kami. Pasien-pasien ini tidak melaporkan sensasi masalah pernapasan, meskipun hasil rontgen dada mereka menunjukkan pneumonia dan oksigen mereka di bawah normal. Bagaimana mungkin?" kata dr Levitan, dikutip dari The Sun dan ditulis Sabtu (25/4/2020).

Menurut dr Levitan kondisi silent hypoxia terjadi tanpa disadari saat pasien sudah memasuk stadium lanjut. Mereka pun tak merasakan adanya sesak napas.

"Mereka memiliki kadar oksigen yang sangat rendah dan pneumonia sedang hingga berat (seperti yang terlihat pada rontgen dada)," kata dr Levitan.

"Saturasi oksigen normal bagi kebanyakan orang di permukaan laut adalah 94 persen hingga 100 persen, pasien pneumonia COVID-19 yang saya lihat memiliki saturasi oksigen serendah 50 persen," ungkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar