Efek virus Corona di Jepang tak terlalu terlihat. Beginilah cerita warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di sana. WNI yang membagikan cerita soal keadaan di Jepang adalah Anita Aulia Putri. Ia tinggal di Nagoya Jepang selama dua tahun terakhir.
"Awal mulanya virus Corona mulai terdeteksi di Jepang di bulan Januari, khususnya di Tokyo dan Kyoto. Dia yang terinfeksi pertama adalah orang China yang pulang kampung ke China, dua minggu demam dan kemudian diidentifikasi positif corona," kata Anita, Kamis (2/4/2020).
"Semenjak itu, pendatang seperti saya dan warga lokal membatasi eye contact dengan orang China," jelas dia.
Setelah kasus itu, puncak efek Corona di Jepang adalah ketika ada warga yang terinfeksi Corona setelah pulang dari Hawaii. Imbasnya adalah warga lokal semakin mawas diri dengan keluar rumah selalu menggunakan masker dan sering mencuci tangan.
"Soal transportasi, menurut saya berjalan seperti biasa. Hanya mereka yang keluar rumah selalu menggunakan masker dan cuci tangan menggunakan alkohol," jelas dia.
Anita menjelaskan saat Corona mulai bikin panik warga Jepang. Penduduk di sana juga bisa termakan hoaks hingga berujung panic buying.
"Sekitar pertengahan bulan Februari stok masker di Jepang sudah habis. Orang Jepang sempat panic buying, terutama tisu toilet. Karena mereka dapat kabar bahwa tisu toilet tidak akan diproduksi lagi," kata Anita.
"Mungkin mereka berpikir bahwa tisu toilet itu yang memroduksi China, dan di sana sudah mulai tutup, jadi bisa tidak diproduksi lagi. Jadi mereka beli banyak sampai habis nggak ada stok," imbuh dia.
Namun, meski sempat terjadi panic buying, ketersediaan bahan makanan sekitar tempat tinggalnya, yakni di Nagoya tergolong biasa saja.
Lebih lanjut, memasuki bulan Maret, pemerintah Jepang sudah jarang menayangkan orang-orang yang terkena Corona. Mereka mulai membahas tentang Olimpiade, kapan diselenggarakan kembali, dan persiapannya.
"Di China sendiri sudah mulai reda dan sembuh, jadi di Jepang juga melakukan aktivitas biasa. Tidak ada libur pekerja itu nggak ada sama sekali," jelas dia.
"Jadi, pikir mereka baik-baik melihat sakura di kerumunan. Namun, setelahnya ada 50 orang terkena Corona kata gubernur. Lalu pemerintah memberi arahan agar warga stay di rumah selama weekend," imbuh dia menegaskan.
Terakhir, Jepang akan melakukan lockdown jika warganya nggak mau mengikuti aturan, khususnya di Tokyo. Sedang di Nagoya, aktivitas bandara sudah ditutup per April ini.
2.500 Turis Gugat Pejabat Austria karena Wabah Corona di Resor Ski
Sebuah resor ski di Austria menjadi penyebab wabah virus Corona semakin menyebar. Pasalnya, ribuan wisatawan terinfeksi setelah pulang dari wisata tersebut.
Seperti dilansir CNN Travel, Kamis (2/4/2020) pejabat Austria mendapat gugatan dari ribuan wisatawan setelah sebuah restoran dan bar populer di kota resor ski Austria, Ischgl, menyebabkan mereka terinfeksi virus Corona. Pihak berwenang di provinsi Tyrol dituduh bereaksi lambat terhadap tanda-tanda pertama dari wabah virus Corona, khususnya di Ischgl. Hal ini menjadi penyebab berkembangnya virus Corona di Eropa dan sekitarnya.
Asosiasi Perlindungan Konsumen Austria (VSV) mengatakan, pihak berwenang akan bertanggung jawab atas reaksi lambat yang dilakukan di awal pandemi. Lima hari pasca seruan, sekitar 2.500 orang mengajukan laporan kepada kantor kejaksaan umum di Innsbruck. Sekitar 80% di antaranya berasal dari Jerman.
Seperti cerita dari Henrik Lerfeld, salah satu wisatawan yang terinfeksi Corona setelah 4 hari pulang dari salah satu resor di Ischgl, Kitzloch. Tak hanya dia namun temannya yang pergi bersamanya ikut terinfeksi. Setelah itu, semakin banyak laporan kasus virus Corona dari resor ski, termasuk belasan bartender yang bekerja di sana.
Juru bicara jaksa kota Innsbruck, Hansjörg Mayr, mengkonfirmasi kepada CNN, mereka telah menerima laporan dan mengatakan polisi mulai menyelidiki kasus ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar