Motivator bisnis Tung Desem Waringin mengumumkan dirinya positif terjangkit virus corona COVID-19. Hal tersebut dia sampaikan dalam akun Instagram resminya pada Selasa (7/4/2020).
"Saya akan update kondisi saya. Juga cerita sejak awal. Serta apa saja yg dilakukan," kata dia dikutip detikcom.
Selama menjalani perawatan di rumah sakit, Tung mengatakan telah mengonsumsi sejumlah obat-obatan. Salah satu yang dikonsumsi adalah virgin coconut oil (VCO) atau minyak kelapa.
"Pukul 03.00 WIB menggigil, pukul 04.00 WIB saya putuskan minum VCO. Kemudian pukul 06.30 WIB lancar banget keluarnya (buang air besar), sampai tiga kali keluar airnya, keluar minyaknya kuning-kuning," ujar Tung, dalam IGTV yang di upload Instagram miliknya.
Setelah merasa nyaman, dia kembali konsumsi minyak kelapa. Dan diselingi juga dengan banyak minum air putih 3,5 liter sehari.
"Pukul 10.00 minum VCO lagi, minum setengah botol. Dan setengah hari itu 5-7 kali ke belakang, banyak keluar air karena saya minum air sekali sampai 3.5 liter," katanya lagi.
Keesokan harinya, Tung mengatakan bahwa tubuhnya sudah mulai membaik. Meski telah minum VCO, dia tidak mengalami diare kembali.
"Jadi, perasaan hanya mendetoks yang kotor-kotor karena kemarin sudah tak ke belakang, damai-damai aja. Ndak mules, ndak ke mana. Keluar kotorannya juga biasa, dalam bentuk yang normal," tambahnya.
Selain minum VCO, Tung Desem Waringin juga meminum sejumlah obat yang diberikan oleh dokter. Seperti, infus actemra sebagai antiinflamasi, acidomicyn, chloroquine, haloquine, dan vitamin C dosis tinggi.
Dianggap Hanya Fatal Bagi Lansia, Kini Corona Juga Renggut Nyawa Usia Muda
Pada tahap awal kemunculan wabah virus corona, diperkirakan sebagian besar yang terinfeksi dan mengembangkan gejala parah adalah lansia yang memiliki kondisi kesehatan sebelumnya atau penyakit penyerta. Namun dalam beberapa waktu terakhir, telah terjadi kematian yang cukup banyak pada usia muda yang tidak memiliki penyakit sebelumnya.
Di antaranya termasuk Ismail Mohamed Abdulwahab, 13, dari Brixton, London selatan, dan Luca Di Nicola, 19, yang meninggal di Rumah Sakit Middlesex Utara di London utara, pekan lalu. Tak satu pun dari para korban memiliki komorbiditas. Sementara itu, bayi berusia enam minggu di Connecticut menjadi korban virus corona termuda di dunia pada hari Kamis (2/4/2020).
Adanya kematian tersebut membuat para ahli bertanya-tanya alasan mengapa orang muda yang sehat juga bisa sekarat karena virus corona COVID-19.
Beberapa peneliti menyebut bisa jadi kematian tersebut dipengaruhi oleh DNA seseorang. Secara khusus, ahli menyebut pengkodean gen untuk protein sel angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2), yang digunakan virus corona untuk memasuki sel saluran pernapasan bisa menjadi salah satu jawabannya.
Philip Murphy, seorang ahli imunologi di National Institute of Allergy and Infectious Diseases, mengatakan kepada Science Magazine bahwa variasi dalam gen ACE2 dapat mengubah reseptor dan membuatnya lebih mudah bagi virus untuk masuk ke dalam sel.
Ada juga kemungkinan bahwa bahan penting yang diproduksi oleh tubuh, yang dikenal sebagai surfaktan, yang membuat paru-paru bisa mengembang dan berkontraksi, menjadi habis terkuras pada beberapa pasien terinfeksi virus corona. Jika Anda menganggap paru-paru sebagai spons, surfaktan adalah deterjen yang membuatnya lunak dan lentur. Namun, tanpa surfaktan, paru-paru menjadi kaku dan sulit ditekan. Mungkin itulah sebabnya beberapa pasien terus berjuang bahkan dengan alat bantu pernapasan.
Sementara itu, ahli lain tengah meneliti sistem kekebalan tubuh manusia dan bagaimana sistem itu merespons virus dan bakteri, khususnya pada pasien usia muda. Para peneliti berpendapat bahwa sistem kekebalan yang sangat reaktif dapat memicu badai sitokin besar yang menyebabkan paru-paru bereaksi berlebihan.
"Pada beberapa orang muda yang sehat, sistem kekebalan yang sangat reaktif dapat menyebabkan badai sitokin masif yang dapat membanjiri paru-paru dan organ lain," kata Dr Sanjay Gupta, seorang ahli bedah saraf dan kepala koresponden medis untuk CNN.
Badai sitokin menghasilkan peradangan yang melemahkan pembuluh darah di paru-paru sehingga menyebabkan cairan meresap ke kantung udara.
"Dalam kasus-kasus itu, bukan masalah sistem kekebalannya yang sudah tua atau melemah , itu sistem yang bekerja dengan baik," tambahnya.
Ada kemungkinan beberapa orang muda berpikir bahwa karena mereka sehat mereka tidak akan tertular virus atau jika mereka melakukannya mereka hanya akan mendapatkan gejala ringan. Hal ini kemudian membuat mereka abai dan tidak menerapkan jaga jarak sosial sehingga menyebabkan jumlah virus corona di dalam tubuh mereka makin banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar