Polisi di Pakistan menangkap sejumlah dokter dan staf medis yang melakukan unjuk rasa atas kurangnya alat pelindung diri (APD) saat menangani pasien terinfeksi virus corona COVID-19.
Demonstrasi terjadi di kota Quetta, provinsi Balochistan, Pakistan, pada Senin (6/4/2020). Pejabat senior polisi Razzaq Cheema mengkonfirmasi penangkapan itu kepada CNN.
Sebagai tanggapan, Asosiasi Dokter Muda (YDA) telah mengumumkan boikot langsung dari semua layanan medis di Balochistan. Protes itu terjadi sehari setelah 13 dokter di Quetta terinfeksi virus corona.
Seorang juru bicara pemerintah provinsi mengatakan kepada Reuters, bahwa rumah sakit di Quetta yang menangani pasien virus corona telah disediakan alat pelindung dan petugas medis yang melakukan unjuk rasa bukan mereka yang menangani pasien.
"Para dokter yang memprotes tidak merawat pasien virus corona, kami tidak memahami alasan mereka memprotes," kata juru bicara pemerintah Balochistan, Liquat Shahwani.
Sementara itu, dokter di ibukota Pakistan, Islamabad, bulan lalu juga akan mengancam boikot jika pemerintah tidak menyediakan alat pelindung diri yang lengkap. Otoritas manajemen bencana Pakistan disebut telah mengimpor APD dalam jumlah banyak.
Pakistan telah melaporkan total 3.277 kasus virus corona, termasuk 50 kematian. Setidaknya 191 dari kasus ini berada di provinsi Balochistan.
Positif Corona, Motivator Tung Desem Pakai Terapi Minyak Kelapa
Motivator bisnis Tung Desem Waringin mengumumkan dirinya positif terjangkit virus corona COVID-19. Hal tersebut dia sampaikan dalam akun Instagram resminya pada Selasa (7/4/2020).
"Saya akan update kondisi saya. Juga cerita sejak awal. Serta apa saja yg dilakukan," kata dia dikutip detikcom.
Selama menjalani perawatan di rumah sakit, Tung mengatakan telah mengonsumsi sejumlah obat-obatan. Salah satu yang dikonsumsi adalah virgin coconut oil (VCO) atau minyak kelapa.
"Pukul 03.00 WIB menggigil, pukul 04.00 WIB saya putuskan minum VCO. Kemudian pukul 06.30 WIB lancar banget keluarnya (buang air besar), sampai tiga kali keluar airnya, keluar minyaknya kuning-kuning," ujar Tung, dalam IGTV yang di upload Instagram miliknya.
Setelah merasa nyaman, dia kembali konsumsi minyak kelapa. Dan diselingi juga dengan banyak minum air putih 3,5 liter sehari.
"Pukul 10.00 minum VCO lagi, minum setengah botol. Dan setengah hari itu 5-7 kali ke belakang, banyak keluar air karena saya minum air sekali sampai 3.5 liter," katanya lagi.
Keesokan harinya, Tung mengatakan bahwa tubuhnya sudah mulai membaik. Meski telah minum VCO, dia tidak mengalami diare kembali.
"Jadi, perasaan hanya mendetoks yang kotor-kotor karena kemarin sudah tak ke belakang, damai-damai aja. Ndak mules, ndak ke mana. Keluar kotorannya juga biasa, dalam bentuk yang normal," tambahnya.
Selain minum VCO, Tung Desem Waringin juga meminum sejumlah obat yang diberikan oleh dokter. Seperti, infus actemra sebagai antiinflamasi, acidomicyn, chloroquine, haloquine, dan vitamin C dosis tinggi.
Dianggap Hanya Fatal Bagi Lansia, Kini Corona Juga Renggut Nyawa Usia Muda
Pada tahap awal kemunculan wabah virus corona, diperkirakan sebagian besar yang terinfeksi dan mengembangkan gejala parah adalah lansia yang memiliki kondisi kesehatan sebelumnya atau penyakit penyerta. Namun dalam beberapa waktu terakhir, telah terjadi kematian yang cukup banyak pada usia muda yang tidak memiliki penyakit sebelumnya.
Di antaranya termasuk Ismail Mohamed Abdulwahab, 13, dari Brixton, London selatan, dan Luca Di Nicola, 19, yang meninggal di Rumah Sakit Middlesex Utara di London utara, pekan lalu. Tak satu pun dari para korban memiliki komorbiditas. Sementara itu, bayi berusia enam minggu di Connecticut menjadi korban virus corona termuda di dunia pada hari Kamis (2/4/2020).
Adanya kematian tersebut membuat para ahli bertanya-tanya alasan mengapa orang muda yang sehat juga bisa sekarat karena virus corona COVID-19.
Beberapa peneliti menyebut bisa jadi kematian tersebut dipengaruhi oleh DNA seseorang. Secara khusus, ahli menyebut pengkodean gen untuk protein sel angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2), yang digunakan virus corona untuk memasuki sel saluran pernapasan bisa menjadi salah satu jawabannya.
Philip Murphy, seorang ahli imunologi di National Institute of Allergy and Infectious Diseases, mengatakan kepada Science Magazine bahwa variasi dalam gen ACE2 dapat mengubah reseptor dan membuatnya lebih mudah bagi virus untuk masuk ke dalam sel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar